Akhirnya jatuh juga …

kecelakaan itu bisa terjadi di waktu dan tempat yang tidak kita perkirakan.

hampir 2 tahun terakhir ini saya mengendarainya hampir setiap hari, dan hampir selalu berhasil menghindarkan diri dari mencederai diri saya sendiri atau bahkan mencederai orang lain. tapi catatan itu akhirnya berubah senin yang lalu.

ceritanya pagi itu saya sangat bersemangat untuk berangkat tes SIM di daan mogot, mengingat si SIM A yang sudah habis masa berlakunya dan harus segera diperbarui. udara pagi itu masih menyenangkan, semilir angin dan cahaya matahari yang sangat bersahabat.

motor sudah dipanaskan dan siap berangkat melalui rute normal, dan saat sampai di simpang menuju gatot subroto, tiba-tiba.. sret.. gubrak..! silvio kehilangan keseimbangan saat berbelok ke kiri –mungkin karena ban belakang kehilangan grip-nya– dan sukseslah saya sliding di pertigaan. ada apa ini? pertanyaan saya dalam hati.

setelah sukses bangun dan meminggirkan motor ke sisi jalan yang lebih aman, pandangan langsung tertuju ke jalan yang saya lewati tadi, dan ternyata di sisi lain jalan tersebut memang ada bagian yang basah, dan meski saya merasa tidak melewati bagian jalan yang itu, mungkin ada bekas basah di bagian jalan yang saya lewati. karena jalan licin, motor yang tidak fit, atau saya yang tidak konsentrasi?

dan menurut saya penyebabnya adalah ketiganya. sesederhana karena saya yang kurang konsentrasi terhadap kondisi jalan yang ternyata licin, membuat saya tidak bisa bereaksi dengan baik untuk mengendalikan si silvio saat berbelok di pertigaan itu.

mengenal dengan baik karakter motor itu penting.

silvio, skubek yang saya gunakan di ibukota ini sangat berbeda karakternya dengan silvia, motor bebek yang biasa saya gunakan di malang dulu. mulai dari berat motor, tinggi dan panjang, mesin matic vs manual, diameter velg dan ban, sampai pada sistem pengereman yang sama sekali berbeda. yak, silvio memang lebih kecil dari silvia, dan ketika teman-teman saya dulu bilang silvia terlalu kecil buat badan saya, apalagi silvio?

yang saya rasa sangat berbeda diantara keduanya adalah tingkat stabilitas di kecepatan tertentu, bebek yang dulu pada kecepatan berapapun akan terasa sangat stabil, cengkraman ban-nya kokoh, terpaan angin dari samping bisa diatasi dengan baik, even over 100kph. ah.. jika saja menukar silvio dengan silvia itu sesederhana membayar biaya ekspedisi malang – jakarta.

berbeda sekali dengan si skubek yang sekarang. di jalanan jakarta yang campuran antara cor dan aspal –dengan kecepatan maksimal sekitar 60kph karena macet disana sini– grip yang dihasilkan kaki-kaki 15 inch berkaret federal itu terasa sangat kurang, bahkan kadang terasa melayang –terutama saat diserang angin dari sisi samping–. belum lagi kontur jalan yang kadang membuat ban belakang serasa tidak berjalan lurus.

jika tidak berhati-hati saya akan jatuh dan cepat atau lambat saya akan jatuh.

setelah mengendarai si skubek 1 bulan, kesimpulan itu yang selalu saya ingat dan pegang setiap saya keluar ke jalan dengan silvio. tidak ada alasan lain selain saya ingin menjaga keselamatan saya dan orang lain saat berada di jalan, mengingat karakter si skubek yang seperti yang sudah dijelaskan diatas. karena sedikit saja tingkat hati-hati itu berkurang, kecelakaan bisa terjadi dimana saja.

untungnya rute padat itu sedang sepi dan tidak membawa korban lain

itulah yang ada dipikiran saya saat saya kembali bergerak ke daan mogot setelah melihat kondisi jalan, memastikan badan dan motor saya ‘tidak apa-apa’. perjalanan ke satpas sim daan mogot untuk mengulang ujian teori yang tidak lulus 2 minggu sebelumnya dilanjutkan. motor masih bisa berjalan dengan normal meski stir-nya agak miring ke kiri dan spion kiri-nya patah. dan sepertinya kesialan saya hari itu bertambah, karena saya gagal lagi ujian teori sim A-nya dan harus mengulang 2 minggu lagi. hahaha.

dan butuh waktu semalaman untuk menunggu lem dudukan spion kiri-nya kering
dan butuh waktu semalaman untuk menunggu lem dudukan spion kiri-nya kering

jatuh dari motor itu sudah biasa, tapi yang lebih penting adalah apa yang bisa diambil dari kejadian tersebut. satu yang saya pelajari adalah berhati-hati dengan motor saja tidak cukup, karena sedikit anomali pada kondisi jalan yang setiap hari dilewati pun bisa membawa bencana.

mari kita lebih berhati-hati saat di jalan atau di mana saja, karena dengan menjaga keamanan diri sendiri, kita juga turut menjaga keamanan pengendara lain yang ada disekitar kita, karena saya ingin selamat sampai kembali kerumah.

By Alit Mahendra Bramantya

Complicatedly simple, not just another internet presence enthusiast. Currently managing Research (including Analytics) Division at Think.Web with Web App Development and Digital Analytics as main responsibility. Views are my own.