Kembali mengutip tulisan lama saya di facebook:
Kalau yg ditulis sama wartawan di media resmi saja belum tentu 100% benar data dan faktanya, apalagi yg ditulis di media umum oleh yg belum tentu wartawan?
Dan mengutip judul tulisan Om Jim di sini:
Karena data gak mungkin bohong
… dan karena bisa diolah sesuai pesanan
Akhir-akhir ini banyak yang membagikan berita, tulisan, kutipan, video yang lain sebagainya yang berhubungan dengan pemilu presiden, terutama yang berhubungan dengan apa yang mereka dukung dan tidak.
Tautan-tautan yang kadang masih bisa diperdebatkan keabsahannya.
Menurut saya, berbagi itu baik, sangat baik.
… Asalkan tidak berlebihan.
Dan dari sekian banyak yang beredar di news feed facebook saya, kok sepertinya lebih banyak yang isinya memburukkan yang satu dan yang lain, terutama yang tidak didukung? Di saya begitu, bagaimana di news feed facebook anda?
Apakah ini cermin sosok kita yang sebenarnya? Yang lebih suka mengumbar sekecil-kecilnya kekurangan, kesalahan, atau pencitraan orang lain layaknya kita tidak pernah melakukan keburukan itu sekecil apa?
Tujuan akhirnya apa? Tujuan akhirmu apa?
Ketika kau memilih untuk mengagungkan salah satu yang kau pilih?
Tujuan akhirnya apa? Tujuan akhirmu apa?
Ketika kau memilih untuk memburukkan salah satu yang tidak kau pilih?
Sejak kecil, Saya belajar bahwa untuk mencapai sesuatu yang baik itu harus diawali dengan niatan yang baik dan melalui proses yang baik pula.
Sehingga jika dilihat dari sudut yang sedikit berbeda, untuk mencapai sesuatu yang baik itu seharusnya tidak dengan memburukkan atau menjatuhkan yang lain.
Saya kemudian menjadi lelah dan semakin lelah ketika harus terpapar sekian banyak berita, tulisan, kutipan, dan lain sebagainya yang belum bisa dipastikan kebenarannya yang diikuti hujatan-hujatan tanpa sanjungan.
Layaknya dia yang bukan pilihan kalian itu selalu melakukan keburukan tanpa pernah melakukan kebaikan.
Ada kutipan Anies Baswedan yang berbunyi begini kurang lebih:
“Pilihlah orang baik, jangan pilih orang bermasalah,”
Jika memang memilih orang baik yang salah satu dari dua bisa diartikan bahwa yang satu lagi tidak baik dan bermasalah. Bisa tidak jika kalimat itu saya ubah menjadi:
“Orang baik akan memilih pemimpin yang terbaik”
Menurut saya…
Terbaik itu parameternya bisa sangat banyak, parameter yang saya punya, belum tentu sama dengan yang kalian punya. Pilihan saya, belum tentu sama dengan pilihan kalian.
Karena berbeda itu boleh, dan kalau saya tidak boleh berbeda dengan kalian, buat apa dibikin pemilu?
Jika pilihanmu yang terbaik, maka tunjukkan buktinya bahwa dia lah yang paling tepat, tunjukkan buktinya bahwa dia yang paling mampu, tunjukkan buktinya bahwa dia akan membawa perubahan besar untuk bangsa ini.
Tentunya tanpa perlu sibuk sepanjang hari untuk menunjukkan bahwa yang tidak kau pilih adalah paling buruk dan atau paling tidak mampu.
Dan bukan berarti melupakan dan menghapus begitu saja semua kesalahan atau keburukan masa lalunya, tapi karena masih jauh lebih besar harapan yang ada untuk masa depan yang jauh lebih baik dari masa yang lalu dan saat ini.
Jika memang niatnya untuk kehidupan yang lebih baik, untuk indonesia yang lebih baik, seharusnya kita bisa berlaku santun, menghentikan diri saat hendak bicara keburukan dan terus berbagi tentang kebaikan.
Bukan begitu?
Baik itu relatif.. Baik bagimu belum tentu baik bagiku, baik bagiku belum tentu baik bagiNya..
Kalau menurutku dua-duanya tidak baik, dan aku memilih untuk tidak memilih keduanya, boleh kan kak?
Mas @mcxoem yang baik, Aku tidak punya otoritas untuk mengatakan boleh / tidak boleh, tapi aku tahu kamu lebih paham soal gejolak hatimu. Soal boleh / tidak, tentu boleh saja. Tapi lebih baik jangan memilih tidak datang ke TPS, datang dan cobloslah yang tidak baik menurut sampean, yang mungkin untuk sekarang berarti coblos dua-duanya. :)