apa yang kau lihat dari masa lalu mu? atas segala apa yang kau perbuat sebelum saat ini?
refleksi itu tentang menatap masa lalu, atas banyak hal yang sudah terjadi dan bukan tentang apa yang akan atau diinginkan untuk terjadi. lalu haruskah selalu menatap kepada masa lalu? bukankah yang lalu tidak akan bisa kembali untuk dijalani kembali?

mengurangkan yang cukup, atau mencukupkan yang kurang?
dan wahai aku, sudahkah kau melihat masa lalumu yang kau jalani? ketika apa yang telah terjadi sebelumnya lah yang membentuk apa yang kau miliki saat ini? ini bukan tentang engkau, bukan pula tentang aku, tapi ini tentang kita, tentang cermin di dalam diri kita sendiri.
kadang kala, refleksi itu memiliki nafas yang sama dengan introspeksi. merenungi setiap langkah kaki, gerak tangan, dan deru nafas yang telah diambil, dan mencoba menata kehidupan pada tingkatan yang lebih manusiawi, lebih membumi, dan mengurangkan semua sifat yang mungkin belum waktunya dimiliki manusia.
dan diantara birunya langit dan samudra, ditepi hamparan pasir yang putih. apa yang akan kau lakukan selanjutnya?
— june 2011. remembering Ramya Prajna‘s speech during the #ThinkWeb2Macan.
kalo kata ustad di tipi tadi pagi: maju menatap kedepan saja, istighfari masa lalu, berbuat baik, cukup.
begitu?
cukup atau tidaknya selalu menjadi kebebasan masing-masing pribadi :D