“siapa yang membeli yang tidak dibutuhkannya akan menjual yang dibutuhkannya” – M Quraish Shihab
kadang kala atau sering kali kita saat ini mulai rancu atas apa yang kita butuhkan, entah hal itu memang pasti akan digunakan sehari-hari atau hanya karena memenuhi keinginan hati untuk menambah isi lemari? semudah “buat apa kita beli mobil jika kita bisa naik sepeda motor?” dengan “kenapa harus naik sepeda motor kalau bisa beli mobil?”.
dan menurut saya saat inilah dimana kebutuhan itu benar-benar harus dipahami, karena tak jarang lagi, dulu yang di jaman sekolah disebut kebutuhan sekunder dan tersier, sekarang sudah dianggap sebagai kebutuhan primer yang mengalahkan sandang, pangan, dan papan.
pernahkah kita sedikit meluangkan waktu untuk berfikir lebih dalam? sekedar memilah antara tingkat keperluan, kepentingan, dan nafsu? atau mencoba menggunakan logika dan akal sehat untuk mengukur prosentase fakta dan asumsi dari kata ‘butuh’ yang muncul saat kita memandang sesuatu?
tidak pernah ada kata salah untuk yang namanya ikhlas, bersabar, dan bersabar lagi.
— gambar diambil dari sini