Siluet Dalam Sketsa, Dalam Amatan

Saya belum pernah menulis review tentang buku yang sudah selesai saya baca, tapi mungkin tidak ada salahnya jika belajar memulainya dari sekarang.

Buku Siluet Dalam Sketsa
Buku Siluet Dalam Sketsa

Saya memilih buku berjudul “siluet dalam sketsa” sebagai yang pertama, bukan hanya karena salah satu teman kantor saya ikut menyumbang beberapa cerita di buku ini, tapi juga karena buku ini sangat menarik. Dan mungkin akan berlanjut ke buku-buku yang selesai dibaca berikutnya. *nampak mulai terlalu optimis*

Apanya yang menarik?

Saya pun masih belum menemukan rangkaian kata yang pas untuk menjelaskan mengapa buku ini menarik untuk dibaca dan diselesaikan dengan baik dan benar. Untuk saya — yang terbiasa meninggalkan buku tak usai baca — yang menyelesaikan buku ini dalam waktu dua hari, mungkin sudah ada kesimpulan yang bisa diambil.

Ya, mungkin akan ada banyak pendapat lain dari mereka yang telah membacanya sendiri.

Secara umum buku ini merupakan kumpulan cerita-cerita pendek dari beberapa penulis. Yang mana menurut saya, masing-masing cerita dan penulis punya andil untuk mempermainkan pola pikir dan cara pandang kita terhadap potret sosial masyarakat dari rangkaian ‘fiksi’ yang mereka paparkan.

Tuturan-tuturan berani, yang erat dengan hubungan antar insan manusia, entah itu tentang persahabatan, percintaan, keluarga, hingga pencarian identitas. Antara lawan jenis, atau bukan lawan jenis. Dan beberapa kali saya merasa bahwa tulisan-tulisan ini tidaklah fiksi.

Di awal saya berfikir bahwa saya akan berhenti pada dua atau tiga cerita, tapi ternyata saya tidak bisa berhenti secepat itu.

Meskipun masing-masing cerita memiliki plot dan strukturnya masing-masing. Hampir semuanya memiliki alur yang tenang dan sederhana. Beberapa cerita begitu pendek namun memiliki kedalaman detil yang pas dan tidak berlebihan.

Karena cara bertutur yang mirip, saya sempat lupa jika buku ini ditulis oleh lebih dari satu orang.

Mungkin buku ini lebih cocok untuk dibaca para wanita, mungkin. Karena beberapa kali ego saya berkata jika di buku ini saya seperti dituntut untuk belajar bagaimana ‘cara pandang perempuan terhadap laki-laki’.

In my point of view, beberapa cerita secara gamblang menjadikan laki-laki sosok antagonis, beberapa diperlihatkan mengambil peran womanizer yang sangat cinta pada keluarga, dan beberapa diperlihatkan lemah sekaligus kuat. Mungkin makhluk seperti itu memang nyata adanya, mungkin.

Bagi saya, buku ini adalah bacaan yang cukup ringan dengan tema-tema yang mungkin klise yang mungkin sudah bisa dengan mudah ditebak arah cerita dan pilihan ending-nya, walaupun tetap ada beberapa yang membuat saya meralat prediksi.

Dan sekali lagi, akan ada banyak pendapat lain dari mereka yang telah membacanya sendiri.

Catatan tangan sang kawan di buku itu menuliskan bahwa saya adalah pembaca setia curhatannya. Tapi di buku ini, saya tidak melihat pola yang serupa dari tulisan atau ‘curhatan’ yang sudah pernah di-publish di blog-nya. Ada struktur yang baru, ada nuansa yang berbeda, yang membuat saya akan selalu menantikan karya-karya berikutnya.

well played, mate!

Ohya, mau coba membaca buku ini? coba pesan via ini. #BantuTemen Hahahahahhaha…

By the way, buku apa yang terakhir kali selesai anda baca?

Published
Categorized as Reviews

By Alit Mahendra Bramantya

Complicatedly simple, not just another internet presence enthusiast. Currently managing Research (including Analytics) Division at Think.Web with Web App Development and Digital Analytics as main responsibility. Views are my own.

1 comment

Comments are closed.